Rabu, 28 November 2012

Belajar bahasa html yuuuk..

Udah kenalan belum nih sama bahasa html
Bahasa html disebut juga tag dan tag tag dalam html sangat banyak ragamnya






Yuuk belajar dari bentuk sederhana html..

Jumat, 22 Juni 2012

Contoh laporan praktikum biologi "SELEKSI ALAM"


LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
SIMULASI
SELEKSI ALAM
O
L
E
H

Like Ulfa Triana
XII IPA 1

SMAN 1 NARMADA
2011/2012




Bab I Pendahuluan
A.     Latar Belakang

Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini.[1][2] Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya. Atau dapat juga di artikan proses di mana mutasi genetika yang meningkatkan keberlangsungan dan reproduksi suatu organisme menjadi (dan tetap) lebih umum dari generasi yang satu ke genarasi yang lain pada sebuah populasi. Ia sering disebut sebagai mekanisme yang "terbukti sendiri" karena:
  • Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme.
  • Organisme menghasilkan keturunan lebih dari yang dapat bertahan hidup
  • Keturunan-keturunan ini bervariasi dalam kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi.
Kondisi-kondisi ini menghasilkan kompetisi antar organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme dengan sifat-sifat yang lebih menguntungkan akan lebih berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang tidak menguntungkan cenderung tidak akan diwariskan ke generasi selanjutnya.
Konsep pusat seleksi alam adalah kebugaran evolusi organisme. Kebugaran evolusi mengukur kontribusi genetika organisme pada generasi selanjutnya. Namun, ini tidaklah sama dengan jumlah total keturunan, melainkan kebugaran mengukur proporsi generasi tersebut untuk membawa gen sebuah organisme.Karena itu, jika sebuah alel meningkatkan kebugaran lebih daripada alel-alel lainnya, maka pada tiap generasi, alel tersebut menjadi lebih umum dalam populasi. Contoh-contoh sifat yang dapat meningkatkan kebugaran adalah peningkatan keberlangsungan hidup dan fekunditas. Sebaliknya, kebugaran yang lebih rendah yang disebabkan oleh alel yang kurang menguntungkan atau merugikan mengakibatkan alel ini menjadi lebih langka. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa kebugaran sebuah alel bukanlah karakteristik yang tetap. Jika lingkungan berubah, sifat-sifat yang sebelumnya bersifat netral atau merugikan bisa menjadi menguntungkan dan yang sebelumnya menguntungkan bisa menjadi merugikan.
Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah seleksi berarah (directional selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang waktu tertentu. Kedua, seleksi pemutus (disruptive selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai yang berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata).. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata.[88] Hal ini dapat menyebabkan organisme secara pelahan memiliki sifat yang sama.
Kasus khusus seleksi alam adalah seleksi seksual, yang merupakan seleksi untuk sifat-sifat yang meningkatkan keberhasilan perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu organisme.
Evolusi memengaruhi setiap aspek dari bentuk dan perilaku organisme. Yang paling terlihat adalah adaptasi perilaku dan fisik yang diakibatkan oleh seleksi alam. Adaptasi-adaptasi ini meningkatkan kebugaran dengan membantu aktivitas seperti menemukan makanan, menghindari predator, dan menarik lawan jenis. Organisme juga dapat merespon terhadap seleksi dengan berkooperasi satu sama lainnya, biasanya dengan saling membantu dalam simbiosis. Dalam jangka waktu yang lama, evolusi menghasilkan spesies yang baru melalui pemisahan populasi leluhur organisme menjadi kelompok baru yang tidak akan bercampur kawin.
Adaptasi merupakan struktur atau perilaku yang meningkatkan fungsi organ tertentu, menyebabkan organisme menjadi lebih baik dalam bertahan hidup dan bereproduksi. Ia diakibatkan oleh kombinasi perubahan acak dalam skala kecil pada sifat organisme secara terus menerus yang diikuti oleh seleksi alam varian yang paling cocok terhadap lingkungannya.  Proses ini dapat menyebabkan penambahan ciri-ciri baru ataupun kehilangan ciri-ciri leluhur.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa seleksi alam adalah salah satu faktor pendorong terjadinya evolusi (teori darwinisme). Maka dari itu kami melakukan praktik simulasi seleksi alam ini untuk mengetahui proses seleksi alam beserata factor yang mempengaruhinya sebagai salah satu proses pembelajaran mengenai materi tentang ‘Evolusi’.
B.     Tujuan

Melakukan praktik simulasi seleksi alam
Bab II Metode Praktikum
A.     Waktu              : 5 januari 2012
Tempat : lapangan berumput

B.     Alat dan Bahan
1.      Daun berwarna hijau, kuning, dan coklat
2.      Pelubang kertas (prevator)
3.      Gelas beker
4.      Penggaris
5.      Stopwatch

C.     Prosedur kerja
1.      Potong daun berwarna hijau, kuning, dan coklat masing-masing sebanyak 100 buah
2.      Masukkan semua potongan daun ke dalam gelas beker
3.      Gelas beker digoyang goyangkan agar potongan daun tercampur rata
4.      Ukur area tanah berumput seluas 2x2 meter
5.      Sebarkan semua potongan daun pada area tanah berumput yang sudah diukur
6.      Setiap predator mengambil potongan daun tersebut selama dua menit secara bergantian
7.      Setiap setelah satu predator mengambil potongan daun tersebut, sebarkan kembali potongan daun yang terambil ke area tanah berumput agar jumlah potongan daun kembali 100 buah
Bab III Hasil Pengamatan dan Pembahasan
A. Data hasil pengamatan

Macam Data
Warna Daun
Hijau
Kuning
Coklat
A.
Jumlah potongan daun sebelum diambil predator
100
100
100
B.
Jumlah potongan daun setelah diambil oleh predator (sisa daun)



Predator 1
81
78
85
Predator 2
84
82
84
Predator 3
80
76
76
Predator 4
89
72
89
Predator 5
95
65
93
C.
Jumlah potongan daun yang terambil oleh predator




Predator 1
19
22
15

Predator 2
16
18
16

Predator 3
20
24
24

Predator 4
11
28
11

Predator 5
8
35
7
D.
Rata-rata
14,8
25,4
14,6

B. Pembahasan
Pada percobaan ini predator  dapat dikatakan sebagai penyeleksi (proses seleksi alam), sedangkan potongan daun sebagai individu.
Data di atas menunjukkan :
Ø  Daun yang paling banyak terambil adalah daun berwarna kuning
Ø  Daun yang paling sedikit terambil adalah daun berwarna coklat
Ø  Faktor yang mempengaruhi warna daun paling banyak atau paling sedikit terambil adalah :
·        Faktor adaptasi lingkungan, warna daun yang mirip dengan lingkungannnya tidak mudah untuk ditemukan oleh predator dan sebaliknya. Pada percobaan ini warna kuning banyak terambil karena warna kuning paling jelas terlihat pada daerah persebarannya, sedangkan warna hijau hampir sama dan warna coklat yaitu warna yang paling gelap semakin tidak nampak karena sewarna dengan tanah (lingkungannya).
·        Faktor persebaran, potongan daun yang persebarannya tidak merata dapat memudahkan predator untuk menemukannya dan sebaliknya.
·        Factor predator, kejelian predator saat mencari mengambil potongan daun juga dapat mempengaruhi.
Percobaan seleksi alam ini menunjukkan salah satu faktor pendorong terjadinya evolusi (teori darwinisme). Realitasnya dapat diamati dari populasi makhluk hidup di dunia. Berikut factor seleksi alam sebagai salah satu mekanisme evolusi.
a.       Hasil perkawinan makhluk hidup
memungkinkan terjadinya variasi, baik variasi warna, bentuk, maupun kemampuan beradaptasi. Varian atau individu yang adaptif akan tetap hidup dan berkembang, sedangkan individu yang tidak adptif akan punah.
b.      Beberapa factor pembatas di alam
Hal ini mempengaruhi populasi, diantaranya adalah makanan, air, cahaya, tempat hidup, predator, organism penyebab penyakit, dan cuaca yang tidak menguntungkan.
c.       Tingkat kesuksesan perkembangbiakan
Hal ini menentukan pertumbuhan populasi makhluk hidup. Makhluk hidup yang paling adaptif adalah individu yang berhasil dalam perkembang biakan.
d.      Kemampuan individu dalam beradaptasi
Individu yang mampu beradaptasi akan mewariskan sifat-sifat unggul pada generasi berikutnya. Lama-kelamaan sifat-sifat tersebut terakumulasi dan mengubah suatu kelompok individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya sehingga terbentuklah spesies baru.
Bab IV PENUTUP
Kesimpulan
            Dari hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa ternyata daun yang berwarna kuning paling banyak terambil, sedangkan yang paling sedikit adalah warna coklat. Dengan faktor dasar yang mempengaruhinya adalah adaptasi warna terhadap lingkungan persebarannya.




Daftar pustaka
Omegawati, Wigati, Hadi, 2010. PR Biologi. Klaten PT. Intan Pariwara
















       Telah diperiksa dan disetujui
       Tanggal,
       Guru Biologi


        Hedi Hatadi
          NIP.19681213 199101 1001

Rabu, 23 November 2011

SETANGKUP PERSAHABATAN PENGOKOH NILAI DALAM BINGKAI NEGERIKU

 “…Reformasi sebagai gelombang raksasa, membawa perubahan politik dahyat satu dasawarsa, dan menumpang masuklah penghancur nilai-nilai luhur bangsa..”. Begitulah sepenggal kata-kata dalam salah satu syair karya taufik ismail. Menyadari mulai berlalunya sahabat karakter bangsa yaitu nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa di dalam diri bangsa kita sendiri. Bukankah agama adalah kewajiban setiap orang di negara kita. Dan pancasila sebagai dasar negara yang merupakan ideologi terbuka adalah nilai nilai luhur bangsa kita. Kewajiban dan dasar seharusnya menjadi sesuatu yang absolut, menjadi karakter karena faktor pembiasaan. Namun sepertinya gelombang waktu juga membiasakan pribadi indonesia untuk melalaikannya. Lalu ke mana semua itu berlalu? Mengapa semua itu berlalu? Seharusnya pertanyaan seperti ini tidak boleh ada.
            Sebenarnya ada satu metode dalam upaya penanaman nilai-nilai luhur di dalam kehidupan anak dan orang dewasa, baik secara pribadi maupun kelompok. Begitu dekat dengan kita namun potensinya kurang disadari. Apa itu ?
 “……. Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan ……. Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu ……. Karena dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.”
Kata-kata di atas merupakan penggalan sajak karya Khalil Gibran yang berjudul Sajak Persahabatan. Memahami sajak tersebut, seolah menguatkan predikat persahabatan yang memang sarat makna bagi hidup ini. Ya, sebenarnya persahabatan bukanlah sekedar wacana sosial yang identik dengan pergaulan antara anda dan mereka, atau dia dan mereka dalam menjalin pertemanan yang indah. Namun pencetus harmoni di setiap sisi kehidupan, itulah persahabatan sebenar – benarnya termasuk penegas nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa yang pengamalannya dekat dengan perdamaian selayaknya persahabatan.
Persahabatan mengangguk pada hakikat manusia bahwa tidak ada manusia yang mampu hidup sendiri, jika ia hidup sendiri maka ia akan semakin tidak manusiawi. Inilah modal awal untuk melihat kembali sejarah. Babak awal gejolak nilai luhur bangsa dan agama, mari telaah dan pelajari. Ingatkah anda akan situasi dan kondisi di zaman Kerajaan Majapahit dulu? Bagaimana keberadaan dua agama yaitu agama Budha para petinggi kerajaan dan agama Hindu (siwaisme) yang berkembang di dalam dan luar keraton, menjadikan situasi dan kondisi politik terutama spiritualitas Majapahit yang menjadi begitu mengkhawatirkan. Kakawin Sutasoma, yang digubah penulisnya, Mpu Tantular antara tahun 1365 – 1389 M  mengungkap kekhawatiran akan perbedaan itu yang memunculkan simpulan dalam sebuah kebijakan dengan makna amat fundamental yaitu “ Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa “, berbeda - beda tetapi tetap satu, semua amal bertujuan satu. Bukankah sebuah penyadaran akan kondisi bangsa kita yang majemuk, menuntut kita untuk mau bersahabat dengan segala kondisi heterogen itu dengan memegang teguh hakikat nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Ya, dulu memang ‘bhi’ yang berarti dua, tapi kini bhi dikali bhi dikali bhi dikali bhi dan seterusnya, berlipat lipatnya kemajemukan yang tak bisa dibendung lagi dan tentu semakin mampu menyerukan konflik dan perpecahan. Kini kita hidup enam abad setelah tragedi Majapahit itu, tapi semua begitu nyata. Sejarah mengatakan setiap pribadi dari kita belum mampu sepenuhnya menanamkan Bhineka Tunggal Ika apalagi pancasila dalam kehidupan manusia Indonesia. Lalu mengapa tidak mengajak ‘persahabatan’ untuk turut memberi andil di dalamnya? Mungkin kita terlalu fokus terhadap faktor pemersatu bangsa yang lebih rumit, seperti menanti konflik dari luar dan barulah muncul nasionalisme. Sungguh inilah gambaran kecil bangsa Indonesia yang unik, tapi sadarilah bahwa kondisi ini memprihatinkan. Lalu munculah rentetan pertanyaan, mengapa harus menunggu konflik dulu dengan melanggar hak asasi manusia dan berpesta pora dengan kekerasan? Mengapa tidak berusaha untuk memupuk persatuan dalam keseharian kita? Persahabatan bersama nilai-nilai luhur bangsa menanti untuk diajak menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Persahabatan itu sarat makna bagi hidup ini karena ia mampu menganak pinakkan kebaikan. Kita sadari bersama ia menghadirkan rasa saling menyayangi, saling menghargai, saling menghormati, saling percaya, lalu timbulnya kepedulian, kejujuran, juga kesediaan menerima perbedaan dan masih banyak lagi, kesemuanya itu wujud harmonisasi kehidupan. Persahabatan menuntut nilai-nilai luhur bangsa dan agama tetap melekat di setiap pribadi Indonesia.
Dalam aplikasinya, kita lihat dari arah horizontal, mulai dari persahabatan lingkup kecil, antara dua orang. Tidakkah anda ingin mengetahui kisah persahabatan Bung Karno, persahabatan beliau dengan Fidel Castro, seorang berwarganegaraan Kuba yang juga anggota nonblok kala itu. Sebagai pemimpin negara tentu keduanya lekat dengan pengaruh ideologi bangsa, perbedaan kedua ideologi masing-masing negara tersebut tidak menjadikan keduanya enggan untuk bertukar pikiran apalagi sampai ada konflik, bahkan Castro menegaskan bahwa dirinya telah mengadopsi ajaran-ajaran ( trisakti & resopim ) presiden pertama Indonesia tersebut untuk dijadikan acuan guna memimpin negaranya. Berawal dari persahabatan, Castro berhasil menjadikan Kuba sebagai negara yang mandiri. Bung Karno disebut sebagai sahabat yang memperjuangkan rakyat kecil, pantas jika Fidel Castro  menjadikan beliau sebagai sahabatnya. Bung Karno juga sering mengajarkan pentingnya musyawarah, hal ini terbukti, beliau lebih suka jalan diplomatik dalam situasi rawan konflik . Musyawarah untuk mufakat bersifat kearifan instuitif yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan tetap menjunjung tinggi perbedaan sebagai sesuatu yang manusiawi dan alamiah.
Beranjak ke lingkup yang lebih luas, kita temukan makna lain dari persahabatan, diambil dari suku Sasak. Di suku Sasak dikenal istilah “besiru”. Prinsip dasar yang menggerakkan besiru adalah keyakinan hidup memerlukan interaksi dan berbagi dengan sesama. Mengingat apa itu persahabatan bukankah begitu dekat dengan apa yang telah diterapkan nenek moyang kita sebagai wujud nilai-nilai luhur bangsa. Seperti halnya ajaran besiru dalam suku sasak ini, persahabatan adalah istilah luwes bagi kita dalam mengaplikasikannya. Bayangkan jika setiap suku di Indonesia bukan hanya mempunyai tekad untuk bersahabat dengan orang-orang di sekitarnya, namun lebih luas dengan seluruh warga bangsa ini. Sungguh itulah wujud persahabatan yang mampu memupuk persatuan dan kesatuan itu dengan damai, alamiah, dan rasional. Jangankan tawuran antar pelajar atau kekerasan antar kelompok masyarakat, perang sekalipun tak akan terjadi.
Tak luput memandang ke arah vertikal yaitu antara aparatur pemerintahan dan masyarakat. Siapa yang tak kenal Gayus Tambunan? diendus-endus, suka kelayaban, pengkhianat persahabatan, persahabatan dengan masyarakat yang memberi kepercayaan. Seharusnya para aparatur pemerintahan memahami, masyarakat men’iya’kan mereka menjadi aparatur pemerintahan adalah perwujudan dari keikhlasan menaruh rasa percaya mereka kepada para aparatur pemerintahan, dan juga sekaligus sebagai bentuk seruan mereka untuk memberi ruang bagi persahabatan. Andai setiap pribadi menyadari hal itu, masih adakah aparatur pemerintahan yang ulu hatinya tega mengkhianati persahabatan simbol rasa percaya itu?
Banyak hal yang membuat persahabatan bersama nilai-nilai luhur bangsa semakin menyenangkan untuk dipahami. Berikut adalah gambaran Aristoteles. “Friendship is a virtue, or involves virtue, and besides is most necessary for our life. For no one would choose to live without friends even if he had all the other goods. For in fact, rich people and holders of powerful positions, even more than other people, seems to need friends, in poverty also, and in other misfortunes, people think friends are only refuge. Moreover the young need it to keep them from error. The old need to care for them and support the actions that fail because of weakness. And those in their prime need it, to find actions; for them two go together they are more capable of understanding and acting. ( Aristoteles, Nichomachean Ethics,1155, art, 1-5)”. Inti dari gambaran Aristoteles di atas adalah, sahabat di butuhkan oleh siapapun dan kapanpun, persahabatan lebih mengarah kepada kebutuhan dalam hidup kita, tua maupun muda, kaya atau miskin semua butuh sahabat. Bagi orang dewasa apalagi anak-anak, karena anak-anak dan persahabatannya juga merupakan bagian dari pembentukan karakternya, karakter bangsa yang semestinya tak pernah luntur.
Dari memahami inilah kita coba untuk mengenal apa itu “kultur persahabatan”, yaitu peradaban antar orang yang satu dengan orang lain yang memperlihatkan dan berupaya memperlakukan orang lain sebagai sahabat, maksudnya agar manusia diperlakukan sebagai sahabat agar ‘dia’ dan ‘saya’ sama-sama semakin manusiawi, semakin sejahtera baik secara lahiriah maupun batiniah. Jangan menanti konflik  baru menumbuhkan sikap nasionalisme, namun dengan persahabatan, nilai-nilai luhur bangsa dan nilai-nilai agama kita pupuk persatuan dan menjadikannya tonggak pembentukan karakter bangsa yang beradab, terutama untuk anak-anak.
Memandang pentingnya pengokohan nilai-nilai luhur bangsa dan nilai-nilai agama melalui jiwa persahabatan. Maka harus mengidentifikasi proses yang di perlukan. Obyek terbaik untuk memulai proses itu adalah anak. Anak adalah generasi penerus bangsa, jika sejak belia mereka dididik dengan baik seperti salah satunya pembentukan karakter melalui jiwa persahabatan, maka tidak mungkin tidak ada ruang bagi masa depan bangsa yang lebih baik. Lalu, alasan yang tepat mengatakan, sesuatu yang sama sekali tidak kelewatan jika hak setiap anak harus dipenuhi. Sesuai dengan Pasal 28B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pemenuhan hak anak bukanlah kewajiban orangtua saja atau pemerintah atau yang lainnya. Ini juga merupakan salah satu pembentukan karakter bangsa, berhenti menuntut hak dari orang lain tapi belajar untuk memperjuangkan hak itu semaksimal mungkin. Jadi tidak harus ada berita di media mengatakan orang tua menuntut hak anak mereka kepada pemerintah atau isu-isu pemerintah yang menyalahkan para orang tua bahkan orang-orang yang menyalahkan anak–anak itu sendiri. Sebagai generasi muda, anak juga harus mengerti, hak menuntut pemenuhan kewajiban. Kesadaran akan hal itu yang harus mampu di pupuk dari usia belia.
            Sebenarnya tumpuan penyelesaian dari tiap masalah adalah kesadaran setiap orang. Kesadaran yang hakiki adalah kesadaran yang sudah menjadi karakter, jadi gencarkan setiap pribadi terutama anak-anak sebagai generasi penerus bangsa untuk mampu membentuk karakter mereka yang bersumber dari nilai-nilai luhur budaya bangsa dan nilai-nilai agama dan tentunya berlandaskan pancasila. Karakter memang dapat dididik melalui pembelajaran teori namun langkah terbaik sebenarnya adalah keteladanan. Jadi, mari  kobarkan semangat teladankan setiap kebaikan ! Kebaikan untuk setiap generasi Indonesia demi